biosafety specialist
SHARE :

Penerapan Teknik Aseptik Pada Asuhan Keperawatan di Ruang Bedah 

1
08/2023
Kategori : Uncategorized
Komentar : 0 komentar
Author : admin


Rumah Sakit (RS) sebagai unit yang kompleks

Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit kompleks yang berkaitan tidak hanya sebagai pelayanan medis namun juga sebagai tempat yang paling mungkin menularkan infeksi (nosokomial). Rumah sakit (RS) merupakan sumber infeksi bagi petugas kesehatan, pasien dan juga pengunjung. Risiko infeksi di rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial merupakan masalah kesehatan global. Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah global termasuk di Indonesia. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian HAIs pada pasien sebesar 7% di negara maju dan 10% di negara berkembang terjadi setiap tahunnya (WHO, 2016). Centre for Disease Control and Preventin menyebutkan bahwa infeksi ini terus meningkat di berbagai negara (CDC, 2015). Kejadian infeksi nosokomial di sepuluh RS Indonesia tahun 2010 cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%.

Infeksi luka operasi

Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada RS di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan (Jeyamohan, 2010). Untuk itu setiap petugas kesehatan baik dokter atau perawat dituntut untuk dapat melakukan tindakan aseptik dengan baik dan benar, sehingga tidak terjadi infeksi berkelanjutan terhadap pasien.

Dua Jenis Teknik Aseptik

Teknik aseptik merupakan metode penjagaan yang digunakan dalam setiap tindakan yang membawa resiko masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien (Hinchliff, 1999). Terdapat dua (2) jenis teknik aseptik dalam praktek keperawatan yaitu aseptik medis dan aseptik bedah. Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu obyek, serta menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikroorganisme tersebut. Aseptik medis dikenal juga sebagai teknik bersih seperti mencuci tangan, mengganti linen ditempat tidur dan menggunakan cangkir untuk obat. Sedangkan aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora (Rutala, 2003). Setelah suatu obyek menjadi tidak steril atau tidak bersih, obyek tersebut terkontaminasi.

Pada aseptik medis suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika area atau obyek tersebut mengandung atau diduga mengandung pathogen. Misalnya bedpan yang sudah dipakai, lantai dan kassa yang basah merupakan contoh obyek yang terkontaminasi (Febriani, 2015).

Infeksi nasokomial merupakan salah satu akibat yang dapat timbul jika perawat tidak melakukan tindakan aseptik. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 Rumah Sakit dari 14 negara yang mewakili 4 Kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan rata- rata 8,7% pasien Rumah Sakit mengalami infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita komplikasi dari infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari Rumah Sakit di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara (11,8% dan 10,0% masing-masing), dengan prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-masing di Kawasan Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2002). 

Penelitian lain menyebutkan bahwa infeksi nosokomial dilaporkan rata-rata sekitar 3,5% (Jerman) menjadi 5% (AS) dari seluruh pasien rawat inap, di perawatan Rumah Sakit tersier sekitar 10% dan di ICU sekitar 15%-20% kasus (Kayser, 2005). Menurut Kasmad (2007), di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kejadian infeksi nosokomial jauh lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara lainnya, kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60%. Sedangkan angka di daerah pada tahun 2016 dilaporakan angkanya mencapai 0,17%, pada bulan Maret 0,15%, bulan Mei 0,04% dan pada bulan Juni mengalami peningkatan menjadi 0,69%. Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi antara lain adalah kuman penyakit, sumber infeksi, perantara atau pembawa kuman, daya tahan tubuh, keadaan Rumah Sakit yang meliputi prosedur kerja, alat, hygiene, kebersihan, jumlah pasien, pemakaian antibiotik yang irasional dan konstruksi Rumah Sakit (Darmadi, 2008, dalam Verawati, 2015). 

Kesehatan yang baik pada lingkungan yang aman. 

Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory. Klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda, yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik, sehingga perawat dituntut untuk mempraktikan teknik pencegahan penyebaran mikroorganisme terhadap klien dengan menerapkan teknik aseptik. 

Dampak dari infeksi nasokomial yakni dapat menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian. Selain itu juga dari segi ekonomis akan banyak membutuhkan biaya yang disebabkan bertambahnya hari rawat pasien. 

Upaya mengantisipasi dan mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan pengkajian dari awal kemudian pengkajian ulang secara berkala mengenai resiko pasien, termasuk resiko potensial yang berhubungan dengan pemberian obat serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasi tersebut (Darmadi, 2008). Upaya nyata yang dapat dilakukan oleh petugas adalah sebelum dan sesudah melakukan tindakan, hendaknya selalu mencuci tangan. Tujuan dari mencuci tangan adalah menurunkan Bioburden (jumlah mikroorganisme) pada tangan dan untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi. 

Diadaptasi dari : Jurnal keperwatan terpadu, dari karya tulis Irwan Budiana, Kornelia Fania Nggarang, Jurusan Keperawtan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang/ Indonesia; e-ISSN: 2685-0710.

Berita Lainnya



Tinggalkan Komentar